:strip_icc():format(jpeg)/liputan6-media-production/medias/2280999/original/095606500_1531715123-IMG_20180716_104558_HDR_2.jpg)
Sebelum menyebutkan tiga nama cawapres yang masuk radarnya di acara ABN Nasdem, Presiden Jokowi sudah lebih dulu ada lima nama cawapres yang telah dikantonginya untuk Pilpres 2019. Salah satunya nama Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar atau Cak Imin.
"Salah satu namanya Pak Muhaimin Iskandar. Ada nama di saku saya, ada 5 nama," kata Jokowi di Palembang, Sumatera Selatan, Sabtu 14 Juli 2018.
Pengamat politik Media Survei Nasional (Median) Rico Marbun menilai, peluang Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar alias Cak Imin mendampingi Jokowi dalam Pilpres 2019 lebih besar dibanding tokoh partai politik lainnya.
"Elektabilitas Cak Imin di atas Puan Maharani, Surya Paloh, Wiranto, dan Romahurmuziy," ujar Rico di Jakarta, Minggu 15 Juli 2018.
Menurut dia, Cak Imin mempunyai modal kuat untuk mendampingi Jokowi. Statusnya sebagai kader Nahdlatul Ulama (NU) menjadi senjatan untuk mendulang suara pemilih.
"NU secara kuantitas memang diperlukan untuk menambah kekuatan elektoral," ujar mantan Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Indonesia itu.
Muhaimin, lanjut Rico, juga dikenal publik sebagai tokoh yang mengedepankan Islam moderat, modal yang menguntungkan untuk memaksimalkan suara dari pemilih Islam.
"Islam moderat secara ideologi memang diperlukan untuk masuk dalam gelombang Islam politik," ucap Rico.
Menurut dia, saat ini memang terjadi persaingan di antara tokoh parpol anggota koalisi untuk menjadi cawapres pendamping Jokowi.
"Maka tak heran ada partai-partai yang sibuk berusaha menggeser posisi politikus berjuluk Panglima Santri itu," ujar dia.
Sementara itu, Partai Solidaritas Indonesia (PSI) juga merilis hasil polling online terkait alternatif cawapres Jokowi untuk periode 2019-2024. Hasilnya, nama Mohammad Mahfud MD mendapat suara tertinggi dibanding figur lain.
"Hasil polling ini menunjukkan ternyata menang preferensi masyarakat lebih suka jika Pak Mahfud menjadi cawapres Pak Jokowi untuk periode kedua," kata Ketua Umum PSI Grace Natalie saat jumpa pers di DPP PSI, Hasyim Asyari, Jakarta Pusat, Minggu 15 Juli 2018.
Grace menjelaskan, polling ini berbeda dengan survei pada umumnya. Polling cawapres Jokowi ini disebarkan PSI online melalui website resmi PSI dan masyarakat bebas berpartisipasi. Masyarakat yang berpartisipasi juga memiliki kode tertentu. Sehingga tak bisa mengisi polling berulang kali.
"Nah, ini adalah survei online yang kami sebarkan, melalui koran juga meminta partisipasi masyarakat, jadi sebarannya bisa jadi tidak merata. Jadi tergantung dari partisipasi aktif, dan inilah hasilnya, dari para peserta polling yang jumlahnya 71.000 orang ini mayoritas mendukung Pak Mahfud MD sebagai cawapres Pak Jokowi," tutur dia.
Adapun hasil polling cawapres Jokowi ini, Mahfud MD mendapat suara 32%, Sri Mulyani Indarwati 14%, Luhut Binsar Pandjaitan 14%, Susi Pudjiastuti 10%, Moeldoko 6%, Din Syamsudin 4%, Rudi Kirana 3%, Said Aqil Siroj 3%, Yaqut Cholil Qoumas 3%, Chairul Tanjung 2%, Airlangga Hartarto 2%, dan Nadiem Anwar Makarim 1%.
Pendapat senada disampaikan peneliti LIPI bidang politik dan pemerintahan Profesor Lili Romli yang menilai Mahfud MD paling berpotensi menjadi pendamping Jokowi di Pilpres 2019.
Menurutnya, Mahfud bisa meraup suara dari kalangan umat Islam. Ia mengatakan, rekam jejak Mahfud terkenal punya integritas. Siapa pun tak akan meragukannya.
"Lalu dia punya basis dukungan dari kalangan NU (Nahdlatul Ulama). Yang ketiga, dia juga dekat dengan PKB. Mungkin kelemahannya di finansialnya kecil," katanya di Universitas Indonesia Salemba, Jakarta Pusat, Kamis 12 Juli 2018.
Romli berpendapat, Mahfud juga bisa mendulang suara dari semua golongan, baik dari kalangan Muhamadiyah maupun non-Islam. Mahfud dikenal sebagai figur tokoh Islam moderat.
Meski demikian, Mahfud juga pasti memiliki kelemahan. Jokowi mesti teliti memilih pendampingnya.
"Memang ada beberapa kelemahan latar belakangnya, makanya Pak Jokowi kan mikir-mikir, hati-hati siapa, bisa blunder nanti bisa merugikan elektoral dia," imbuh Romli.
Dia menambahkan, di Pilpres 2019 nanti potensi politik identitas masih ada. Jika Jokowi memilih Mahfud, maka bisa menangkal serang-serangan politik SARA.
Minimal, kata Romli, Mahfud bisa meredam serangan SARA. Masyarakat pun akan menilai bahwa figur Jokowi yang Nasionalis-Sekuler akan ditambah dengan representasi Islam.
Contohnya, kata Romli, seperti Pilgub Jawa Tengah. Cagub Ganjar Pranowo bisa menang karena wakilnya Taj Yasin dapat dukungan umat Islam.
"Seperti Ganjar dan Taj Yasin lah, kalo enggak sama Taj Yasin, bisa kalah kan Ganjar, terbelah ini," tukasnya.
Lebih lanjut, Romli berharap di Pilpres 2019 nanti tidak ada politik identitas. Baginya, hal tersebut tidak mendidik dan memecah bangsa.
"Saya kira keinginan elite untuk menggunakan politik Identitas itu harus dihentikan, itu tidak baik," tegas dia.
https://www.liputan6.com/news/read/3590944/jokowi-pamer-cawapres-pilih-siapaBagikan Berita Ini
0 Response to "Jokowi Pamer Cawapres, Pilih Siapa?"
Post a Comment