Search

Bukan Soal Terorisme, "Perceraian" Saudi-Qatar Dinilai Karena Gas

Suara.com - Arab Saudi menuding Qatar mendukung terorisme sehingga memutus hubungan diplomatik pada Senin lalu. Namun, alasan itu diragukan oleh pengamat.

RT melaporkan perselisihan kedua negara itu sebenarnya dimulai pada 1995 karena faktor persaingan bisnis dan ekonomi, tepatnya ketika Qatar berhasil memproduksi gas alam cair (LNG).

Saat ini Qatar merupakan produsen LNG terbesar di dunia. Revolusi LNG menjadikan Qatar sebagai salah satu negara dengan pendapatan perkapita tertinggi di dunia.

Saudi menganggap kekuatan ekonomi Qatar sebagai ancaman di kawasan Teluk Arab. Dengan gas yang melimpah, Qatar bisa melepas diri dari dominasi Saudi.

"Qatar dulu merupakan negara pelayan Arab Saudi. Namun kekayaan gasnya berhasil menjadi otonom dan merdeka," kata pengamat energi dari Baker Institute, Jim Krane di Rice University di Texas.

Qatar juga cukup dekat dengan Iran-musuh bebuyutan Saudi. Apalagi, kedua negara itu memiliki ladang gas bersama.

Keretakan Qatar dan Saudi memuncak setelah Presiden Amerika Serikat Donald Trump meminta Saudi dan negara-negara Timur Tengah mengisolasi Iran. Hal itu disampaikan Trump dalam kunjungannya ke Saudi bulan lalu.

Keputusan Saudi memutus hubungan diplomatik dengan Qatar juga diikuti oleh enam negara lainnya, yakni UEA, Bahrain, Mesir, Yaman, Libia, dan Maladewa. Alasan mereka sama: Qatar dianggap mendukung terorisme.

Let's block ads! (Why?)



Bagikan Berita Ini

0 Response to "Bukan Soal Terorisme, "Perceraian" Saudi-Qatar Dinilai Karena Gas"

Post a Comment

Powered by Blogger.