:strip_icc():format(jpeg)/liputan6-media-production/medias/1651773/original/059455300_1500364491-20170718-Aksi-Buruh-Ay1.jpg)
Para buruh perempuan juga tidak ketinggalan menggelar aksi dalam perayaan May Day 2018.
Aksi buruh perempuan diikuti oleh Jala PRT, Federasi Buruh Lintas Pabrik, Serikat SINDIKASI, Perempuan Mahardhika, Solidaritas Perempuan, Serikat Pekerja Nasional (SPN) PT. Pancaprima EkaBrothers, PurpleCode Collective, Kalyanamitra, Emancipate, JOUDI Foundation, Aliansi Remaja Independen (ARI), LBH APIK, Institut Perempuan, Seperti Pagi Foundation, Jakarta Feminist Discussion Group (JFDG), perEMPUan, dan www.Konde.co.
Buruh perempuan menuntut pemerintah untuk memberikan dukungan atas advokasi penghentian kekerasan di dunia kerja, dan tidak melakukan pembiaran atas kekerasan di dunia kerja.
Mereka juga menuntut pengusaha, majikan atau pemberi kerja untuk tidak melakukan kekerasan terhadap buruh perempuan yang terjadi di dunia kerja. Baik itu yang bekerja di domestik maupun publik.
Kaum perempuan yang bekerja sebagai pekerja rumah tangga juga masih belum dianggap sebagai pekerja, buruh, maupun pekerja lepas. Tidak adanya pengakuan itu membuat pekerja rumah tangga tidak memiliki hak perlindungan kerja yang layak.
"Mereka masih kerap disebut pembantu. Status pekerja yang hilang bagi pekerja rumah tangga merupakan bagian dari konsekuensi anggapan kerja domestik tidak diakui sebagai sebuah pekerjaan," kata Koordinator Nasional Jaringan Nasional Advokasi Pekerja Rumah Tangga (JALA PRT) Lita Anggraini.
Saksikan video pilihan selengkapnya di bawah ini:
Dibesarkan oleh orangtua yang berprofesi sebagai buruh tani membuat Heni Sri Sundani berjuang keras mendirikan sekolah khusus anak petani
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Politik dan Suara Buruh Perempuan di Aksi May Day 2018"
Post a Comment